Shalom saudara saudaraku...
Terima kasih telah berkenan membuka link untuk tulisan ini. Sebelum lebih jauh saudara membaca, saya sampaikan bahwa tulisan ini tidaklah teramat sangat penting untuk dibaca. Tulisan ini hanyalah sebuah cerminan kegalauan, namun bukan berarti suatu bentuk perlawanan, hanya sekedar memberikan sudut pandang yang sedikit berbeda.
Hingga saat ini, saya masih belajar untuk menjadi pribadi yang berkenan di hadapan Tuhan. Dalam proses belajar tersebut, tentu ada pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di pikiran. Terkadang muncul keraguan-keraguan. apakah saat sudah berada di tempat yang tepat.
Baiklah kita masuk pada cerita yang ingin saya bagikan kali ini.
Sebagai info, tulisan ini ada, terinspirasi dari perjalanan kami ke Bandung beberapa waktu yang allu (Minggu, 5 Juni 2022).
Kami diajak oleh Bpk WIlly M. Yoseph untuk berkunjung ke Gereja GBI Bethel Mekar Wangi di Bandung. Gereja tersebut dipimpin oleh Bpk Pdt Rubin Adi Abraham.
Kami mengikuti ibadah yang dilaksanakan pukul 10:30 wib. GBI Bether Mekar Wangi melaksanakan 3 kali ibadah raya, yaitu pukul 7:30, pukul 10:30 dan Pukul 5 sore.
Kami tiba di Gereja Mekar Wangi sekitar pukul 09:30. Kami diterima oleh pengurus gereja di sana, dan kami diajak untuk melihat-lihat fasilitas yang mereka miliki. kami diajak ke lantai paling atas, ke tempat yang dindingnya menggunakan kaca. saya anggap tempat itu seperti sebuah kapel, yang sepertinya tempat itu bagus untuk melaksanakan upacara sakral seperti pemberkatan pernikahan.
Kami sempat berfoto-foto di tempat itu.
Kemudian kami diajak untuk melihat Kampus STT Kharisma. Tempat proses belajar mengajar STT Kharisma berada di gedung yang sama, Stairway from Heaven.
Selanjutnya kami disambut oleh Bpk Pdt Rubin Adi Abraham yang didampingi oleh Bpk Pdt Yanto (Ketua STT Kharisma).
Sebagai info, kunjungan kami ke GBI Bethel Mekar Wangi, juga diikuti oleh Bpk Pdt Dr. Sudianto (Ketua STT GKE).
Pada kesempatan tersebut, ketua rombongan kami, Bpk Willy M. Yoseph menyampaikan terima kasih atas penerimaan pihak GBI Bethel Mekar Wangi. Kami disambut dengan baik oleh Bpk Pdt Dr. Rubin Adi dan tim.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 10:25 maka kami tunda sementara pertemuan itu dan selanjutnya pindah ke auditorium / ruang ibadah. Dan Pak Pdt Dr. Rubin Adi mempersiapkan diri sebelum memimpin/masuk ke ruang ibadah.
Oleh Tim Pdt Dr. Rubin Adi, kami ditempatkan di kursi barisan depan. ada dua baris kursi yang disediakan bagi kami.
kami mengikuti pujian dan penyembahan.
sebagai gambaran, bagi saya pribadi, prosesi pujian penyembahan begitu luar biasa. Suara sound system sangat bagus. Tim Penari tamborin terlihat apik dalam melayani, di sisi kanan, terlihat tim penyanyi yang kompak dan bersemangat. di atas panggung bagian tengah, pujian penyembahan dipimpin oleh seorang wanita, dan dibelakangnya ada juga penyanyi-penyanyinya, kalau tidak salah ingat ada sekitar 4 orang dibelakang itu yang berdiri dengan jarak kurang lebih dua meter. Mereka menyanyi dengan semangat. dibelakang mereka, terlihat pemain keyboard, gitaris, dan juga pemain drum.
Pemimpin pujian, mungkin song leader kali ya namanya, memimpin sesi pujian penyembahan dengan begitu baik, begitu menghayati. Di sela-sela lirik, dia menyampaikan kalimat kalimat positif, serta kalimat kalimat yang memuji memuliakan Tuhan. kalimat kalimat itu disampaikan dengan begitu harmonis, sesuai dengan alunan/dentuman musik yang dimainkan oleh pemusik. sehingga sesi pujian dan penyembahan itu menjadi terasa begitu lengkap dan sempurna. Dibawakan oleh song leader yang piawai, diiringi oleh musik yang dimainkan dengan baik, didukung oleh bunyi/sound system yang nyaris sempurna, serta tampak dikiri kanan para penari tamborin yang menarik dengan elok dan sekelompok penyanyi yang menyanyi dengan gerakan yang kompak.
Para Jemaat / peserta ibadah, larut dalam pujian dan penyembahan.
oya, sebagai informasi, lighting mereka juga sangat baik. dioperasikan dengan baik juga. ada saat terang, dan ada kalanya dibuat redup. sungguh model beribadah yang mengesankan. khususnya bagi orang orang yang masih energik.
Saat mengikuti sesi pujian penyembahan tersebut, saya sempat berpikir, kalau ibadah seperti ini, mujizat sangat mungkin terjadi; yang sakit disembuhkan, yang loyo dikuatkan, yang berbeban berat diberi kelegaan, yang merasa jauh dari Tuhan, dpt secara bebas mengekspresikan kecintaannya kepada Tuhan, dapat dengan bebas menyerahkan hidupnya dan mengaku dosa dosanya dihadapan Tuhan. suatu suasana pujian penyembahan yang hidup. bahwa, situasi seperti itu, mampu membuat orang menjadi pribadi yang militan dalam mengikut Yesus. Jemaat puas dalam menyembah memuji Tuhan. mereka dipenuhi dengan hadirat Tuhan. Masing-masing jemaat mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Sang Penciptanya.
Bagi saya secara pribadi, ibadah seperti itu sangat berkesan. belum sampai mendengar Firman Tuhan, saat pujian penyembahan saja, merasa sangat diberkati.
Selesai pujian penyembahan, lanjut masuk pada sesi penyampaian Firman Tuhan. Pendeta yang bertugas untuk menyampaikan Firman Tuhan adalah Bpk Pdt. Dr. Rubin Adi.
Sebelum Bpk Pdt Rubin Adi naik ke atas panggung (saya sebut saja panggung atau pentas atau apalah namanya...ya semacam itulah), Bpk Pdt Edy Liverda (pendeta kami) diminta oleh MC/song leader untuk maju ke depan untuk berdoa, berdoa sebelum penyampaian Firman Tuhan.
Sebagai info, sebelum bertemu dengan Pdt Rubin Adi sebelum ibadah dimulai, saya dibisikin oleh Pemimpin Pujian bahwa untuk Doa Firman Tuhan, diminta dari tim kami, dan saya sampaikan bahwa nanti yang akan berdoa untuk itu adalah pendeta kami, Bpk Pdt Edy Liverda.
Setelah selesai doa oleh Bpk Pdt Edy Liverda, Bpk Pdt Rubin Adi naik ke atas panggung.
o ya, sebagai info, didinding belakang panggung terdapat layar besar, mungkin itu yang disebut videotron (saya tidak tau pasti nama barang itu, saya sebut saja videotron).
Pak Pdt Rubin Adi tidak menggunakan mic yang biasa digunakan atau disebut microfon genggam/handled tetapi menggunakan wireless/mic clip. Sehingga beliau dapat bergerak dan berbicara dengan leluasa, tidak mematung disatu tempat seperti kebanyakan pengkhotbah. Suara mic nya juga bagus. Dan tangan Pak Pdt Rubin Adi dapat digunakan untuk melakukan gerakan gerakan yang mendukung penyampaian pesan Tuhan. Tidak terganggu dan kaku karena megang mic. Sesekali beliau terlihat menggeser slide di layar tabletnya.
Sebagai info bahwa mimbar yang digunakan cukup minimalis. tidak terbuat dari kayu, namun terbuat dari kaca plastik akrilik. sehingga kita dapat melihat beliau secara penuh. tidak tertutupi oleh mimbar. karena tempat beliau meletakan ipad/tabletnya di atas kaca akrilik yang transparan itu. suatu pemandangan yang ideal. beliau benar benar tampil dengan memukau. secara penampilan, sangat meyakinkan.
Tema khotbah yang disampaikan yaitu KELUARGA YANG DIURAPI ROH KUDUS, dengan dasar pemberitaan diambil dari Kitab Lukas 1:5-15.
Khotbah disampaikan dengan begitu berwibawa dan luar biasa. Jemaat benar benar dipuaskan dengan Khotbah yang disampaikan. Bpk Pdt Rubin Adi begitu pandai dalam memilih kalimat kalimat sederhana untuk menyampaikan maksud Tuhan. kalimat yang mudah dimengerti. logis dan menarik. Namun dibawakan dengan tepat, tempo yang tepat, tidak terlalu cepat tidak terlalu lambat. serta intonasi yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. beliau tau kapan harus mengeluarkan suara dengan lembut, kapan harus disampaikan dengan intonasi dan tegas. Beliau membawakan renungan dengan raut muka yang tepat, nyambung dengan ilustrasi ilustrasi yang disampaikan. beliau tau kapan tersenyum dan kapan pasang muka serius. Sungguh penampilan yang dipersiapkan dengan matang. sesekali terlihat mata Pdt Dr. Rubin Adi berkaca-kaca ketika menyampaikan ilustrasi-ilustrasi yang mendukung pesan khotbahnya. benar benar menguasai materi yang disampaikan.
Slide yang ditampilkan dilayar videotron, menggunakan desain yang sederhana. tidak begitu ramai seperti kebanyakan slide para pendeta pada umumnya.
Operator multimedia mereka tampak begitu profesional. sangat sinkron antara apa yg disampaikan oleh pengkhotbah dengan tampilan tampilan slide yang ada di layar videotron.
dan semuanya berjalan dengan otomatis. otomatis maksud saya, mengalir dengan begitu baik. tidak ada saling menunggu antara pengkhotbah dengan operator slide/presentasi.
kombinasi yang sangat memukau. jujur saja, terkadang kita tidak nyaman, kerap pengkkhotbah terganggu dengan power point. selalu bilang NEXT atau slide yang lambat muncul, atau laser pointer yang tidak responsif.
Dari pengamatan saya, tidak kurang dari 50 persen pendentar/jemaat yang hadir meneteskan air mata pada sesi khotbah tersebut. saya kebetulan duduk di kursi baris kedua, jadi dapat begitu jelas melihat apa yang terjadi pada jemaat yang duduk di depan saya. saya melihat pak Willy menangis, Ibu Willy juga demikian, Ibu Gembala juga demikian. saya melihat mereka berulang kali mengambil tisu untuk menyeka air mata mereka.
Disamping saya juga Pak Pdt Dr. Sudianto, beliau juga mengalami hal yang sama. Rata-rata berlinang air mata. setidaknya mata mereka berkaca kaca menahan air mata.
Suatu pemandangan yang mengharukan. suasana yang damai dan menyentuh kalbu. Khotbah yang disampaikan tidak saja mengisi intelektual tapi juga menusuk ke hati, dan melembutkan hati serta membuat orang yang mendengarnya menjadi merasa dipulihkan, diubahkan, melegakan, menguatkan. Merasakan jamahan Tuhan.
Khotbah 45 menitan itu mampu membuai jemaat dalam suasana sorgawi. intinya jemaat dipuaskan. jujur saja, pada umumnya kita merasa khotbah itu paling lama 30 menit. dan jika lebih dari itu kita akan merasa tersiksa mendengarkan ocehan pendeta. tapi ini, kita tidak merasa bahwa pendeta sedang "killing time" tapi kita benar-benar merasakan bahwa apa yang disampaikan itu adalah hal yang sangat kita butuhkan; memberikan pengajaran dan penguatan serta nasehat yang dibawakan dengan sangat baik.
Kesimpulannya adalah materi khotbah yang berbobot, dibawakan dengan baik dan berwibawa, pandai menyampaikan ilustrasi-ilustrasi yang menguatkan iman, serta tau kapan harus menyampaikan kalimat kalimat nasehat / afirmasi dan dengan nada yang masuk ke jiwa pendengarnya. Tanpa ada gangguan dari slide presentasi ataupun mic. o ya, saat penyampaian Firman, juga diiringi permainan keyboard sebagai latar suara yang membuat segala sesuatunya menjadi tampak dan terasa mantap/sempurna. termasuk dukungan lighting yang dioperasikan dengan profesional.
Selanjutnya, dilakukan sakramen perjamuan kudus karena bertepatan dengan Hari Pentakosta, kemudian dilanjut dengan pengumpulan kolekte/persembahan, warta jemaat, dan penutup/berkat Tuhan.
Terlihat penggunaan teknologi yang maksimal untuk kemuliaan nama Tuhan. seperti penggunaan videotron, alat musik, dan multimedia.
Selesai mengikuti ibadah, kami kembali ke ruang pertemuan/ semacam ruang rapat, dengan kapasitas sekitar 15 sd 20 orang. Sebelum masuk pada pembicaraan, kami diajak untuk makan siang ditempat tersebut karena makanan telah disediakan sebelumnya di tempat tersebut.
Setelah selesai makan siang, kami memulai diskusi. Pak Pdt Rubin Adi berbagi terkait kondisi pelayanan GBI Mekar Wangi dan pelayanan GBI secara umum. Sebagai info, beliau saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Sinode GBI.
Disampaikan bahwa pandemi Covid yang melanda, bukan membuat gereja mereka mandek namun malah berkembang. dan untuk GBI sendiri, mereka baru saja membuat pelayanan di Afrika. untuk di Indonesia sendiri, GBI bertekad agar seluruh Indonesia terlayani, dari sabang sampai merauke, dan sampai Miangas sampai Pulau Rote. Mereka akan memberikan dukungan kepada pelayanan yang ada didaerah daerah terpencil, dukungan pembangunan fasilitas termasuk bantuan alat alat musik. Bantuan bagi pelayan Tuhan yang benar benar serius untuk melakukan penjangkauan jiwa jiwa dan melayani dengan tulus dan profesional. Mereka juga memberikan perhatian khusus bagi kantong kantong di Indonesia yang mana orang kristennya banyak namun secara ekonomi daerah tersebut masih tertinggal.
Pada pertemuan tersebut, tim kami dipimpin oleh Bpk Willy M. Yoseph. Oleh Pak Willy, kami juga diberikan kesempatan untuk berdialog langsung dengan Pak Pdt Dr. Rubin Adi.
kesempatan tersebut tidak saya sia-siakan. saya bertanya mengenai pemuridan yang dikembangkan oleh GBI Bethel Mekar Wangi.
Sebagai info ya Saudara-saya, saya itu mengikuti youtubenya Bilangan Research Center, dimana mereka pernah mengadakan seminar dan mengundang Pdt Rubin Adi dan Pdt Jeffry Rahmat sebagai narasumbernya. pada saat itu, temanya adalah Kepemimpinan dan Pertumbuhan Gereja. saat itu, Bpk Pdt Rubin Adi sampaikan 3 hal yang membuat GBI bertumbuh yaitu, 1. Dikerjakan oleh Roh Kudus/ karya Roh Kudus, 2. adanya otonomi bagi gereja lokal. kewenangan bagi para gembala untuk berinovasi dalam pelayanannya. dan yang ketiga adalah adanya pemuridan dan kelompok sel.
Jadi yang saya tanyakan adalah terkait pemuridan tersebut.
Beliau sampaikan bahwa GBI Bethel mempunyai 4 tingkat pemuridan, yaitu dari yang paling dasar adalah diberi nama Berakar, kedua Bertumbuh, ketiga Berbuah dan yang terakhir Berbuah Tetap.
Mereka juga menggalakkan pelayanan kelompok sel. Kelompok kelompok sel inilah yang menjadi tempat para jemaat mengaplikasi secara langsung firman Tuhan yang didapatkan di pemuridan ataupun di khotbah Ibadah Minggu. Kelompok sel ini menjadi gaya hidup. Dari kelompok sel ini, menjadi cikal bakal jemaat baru. tentu saja untuk menjadi jemaat baru (jemaat lokal yg baru), harus dipertimbangkan dan dipersiapkan secara matang. jika tidak untuk membuat jemaat baru, maka kelompok sel dibelah/melakukan multiplikasi. sehingga dengan demikian, akan muncul pemimpin pemimpin kelompok sel yang akan memimpin sel sel itu tadi. Dan ini merupakan suatu cara multiplikasi yang sangat efektif. Kelompok sel dipimpin oleh mentor yang membina dan memelihara para anggotanya.
Jadi tepatlah jika pemuridan dan kelompok sel ini merupakan strategi yang aplikatif bagi pertumbuhan sebuah gereja. Anggotanya bertumbuh secara iman, dan juga anggota menjadi pelaku Firman dan di saat yang sama, anggota tersebut melakukan penjangkauan jiwa-jiwa ataupun penginjilan, sehingga dapat bertumbuh dalam kuantitas. Komsel adalah keluarga secara rohani.
Selanjutnya pertanyaan yang saya ajukan yaitu Bagaimana Pak Pendeta Rubin memulai kelompok sel nya, hal hal apa saja yang perlu disiapkan.
Beliau jelaskan bahwa beliau harus memuridkan jemaatnya, beliau menyiapkan materinya, modulnya. dan dulu beliau membuat video video pemuridan. Setelah teman-temannya dilatih, teman temannya tersebut melakukan hal yang sama, yaitu membentuk kelompok selnya sendiri. Menjadi mentor bagi anggota anggotanya. setiap Jemaat yang baru, yang ikut ibadah minggu, diajak untuk bergabung di kelas pemuridan dan kelompok sel. Ajakan ini bagi jemaat yang tidak mempunyai gereja tetap.
Beliau juga menyarankan sekiranya diperlukan bagaimana memulai program mentoring, boleh juga berkonsultasi dengan timnya, yaitu Bpk Pdt Dr. Yanto Paulus Hermanto, M.Th. (Ketua STT Kharisma).
Kemudian pertanyaan saya terkait dengan kepemimpinan. Hal ini saya sampaikan berdasarkan webinar di channel youtube Bilangan Research Center yang menghadirkan Pdt Dr. Rubin Adi dan Pdt Jeffry Rachmat.
Pertanyaan saya, seberapa pentingkah sebuah VISI bagi seorang pemimpin.
Beliau menjawab bahwa kemajuan yang ada di GBI saat ini, berawal dari visi. jadi, dikatakannya, Visi itu akan menentukan kemana arah organisasi itu akan dituju.
Beliau menegaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki visi. jika seorang pemimpin tidak mempunyai visi bagi organisasinya, maka tidak heran organisasi tersebut akan jalan ditempat atau bahkan mengalami kemunduran.
Kemudian saya melanjutkan pertanyaan, Bagaimana beliau mendapatkan VISI.
Secara singkat beliau sampaikan, bahwa pemimpin harus terus mengasah diri dengan banyak banyak membaca. beliau mempunyai sekitar 3500 koleksi buku yang menjadi bahan bacaannya.
dan terkait VISI, beliau sampaikan bahwa visi itu dari atas, dari dalam dan dari luar.
Lebih dalam dijelaskan, dari atas artinya dari Visi yang dari Tuhan. Beban yang Tuhan taruhkan kedalam hati. Dan Seorang pemimpin harus punya ini. ini muncul sebagai dampak dari hubungan dengan Tuhan. baik dari doa-doa, saat teduh, dll.
Dari dalam artinya, adalah dari dalam diri orang tersebut. Potensinya apa, bakatnya apa, ketrampilannya apa, kekuatannya apa, sehingga hal itu memungkinkan baginya untuk dilakukan. selanjutnya yang dimaksud dari luar adalah situasi kebutuhan di lingkungannya, serta faktor faktor pendukungnya.
Dari ketiga unsur tersebut maka terbentuklah suatu visi.
Saya kagum mendengar penjelasan beliau terutama konsistensi dan komitmen beliau untuk terus belajar.
dan saya ucapkan terima kasih atas kesempatan untuk mendengarkan langsung rahasia mereka dalam mengembangkan jemaat mereka untuk menjadikan jemaat terlibat langsung dalam pelayanan/pekerjaan di ladang Tuhan.
Setelah selesai sesi dialog tersebut, kami pun mohon pamit dan mengucapkan terima kasih kepada Bpk Pdt Dr. Rubin Adi dan tim. pada kesempatan tersebut juga, Bpk Dr. Willy M. Yoseph dan Ibu menyampaikan cinderamata khas kalimantan yaitu kapal dari getah nyatu, tas rotan, dan juga kain batik yang didesain oleh Ibu Netty.
Selanjutnya kami menuju kopi Bali dan singgah sebentar. Hari yang sedang hujan menambah nikmatnya kolek/kolak singkong dan kopi gayo.
Setelah menikmati kolek, kami pun kembali ke Jakarta. Namun sebelum itu, kami mampir di Kingley (tempat membeli Batagor/siomay).
Selama perjalanan pulang ke Jakarta, saya hanya berpikir. Bahwa untuk terjun dalam pelayanan, orang tersebut harus memiliki komitmen.
Tanpa sadar, saya pun merefleksikan kondisi GKE DKI saat ini.
GKE DKI Jakarta sudah berjalan 6 tahun dan semuanya baik baik saja. Tidak ada masalah. dan nyaman nyaman saja. apa yg seharusnya dilakukan telah dilakukan, misalnya Ibadah Minggu, Ibadah Keluarga, Ibadah Bapak Bapak, Ibadah SPPer, Ibadah SPRP, Ibadah Sekolah Minggu. semuanya sudah dilakukan. Bahkan saat ini kami sudah mempunyai tempat Ibadah sendiri. sehingga dapat disimpulkan, bahwa semuanya tidak ada masalah.
secara arus kas pun, kami tidak pernah defisit. Gaji, tunjangan, iuran pensiun pendeta, semuanya terbayarkan dengan baik. Kami diberkatilah, setidaknya kami dicukupkan.
Namun jika melihat sosok Pak Willy, saya pun kembali berfikir. bagi saya beliau adalah sosok/tokoh yang visioner dan berpikir atau berjiwa besar. Beliau orang yang penuh dengan ide dan keinginan. oh ya, saya teringat dengan Pak Pdt Adi Rubin. menurut beliau, seorang pemimpin itu harus memiliki "rasa tidak puas yang kudus". Dan hal itulah yang dimiliki oleh Bpk Willy Yoseph. saya banyak belajar dari beliau.
Dalam pertemuan pertemuan pengurus MPH, beliau selalu menekankan perlunya pertumbuhan gereja. Pertumbuhan yang beliau maksudkan adalah pertumbuhan iman, pertumbuhan jiwa-jiwa dan pertumbuhan aset.
Tampaknya, cita cita itulah yang membuat beliau mengajak kami untuk berkunjung dan belajar dari GBI Bethel Mekar Wangi yang dipimpin oleh Pdt Dr. Adi Rubin.
Setelah belajar dari GBI Bethel serta disandingkan dengan apa yang diharapkan Pak Willy (apa yang ditaruh Tuhan ke dalam hati Pak Willy), saya melihat dan membuat semacam kesimpulan sementara bahwa apabila kita ingin melihat kemajuan atapun perubahan, maka perubahan itu dimulai dari PEMIMPIN.
Pemimpin yang diperlukan oleh GKE DKI adalah pemimpin yang visioner, profesional/kompeten dan memiliki panggilan untuk melayani. Dengan memiliki kepemimpinan yang demikian, maka kita akan memiliki harapan baru terhadap GKE DKI.
Meskipun bukan satu satunya indikator, namun pertambahan jumlah jemaat adalah salah satu indikator penting dalam mengukur kemajuan sebuah gereja.
Sepanjang perjalanan Bandung Jakarta, saya mencoba merenungkan kira-kira GKE DKI Jakarta gimana baiknya agar dapat menuju apa yang Bpk Willy harapkan.
Yang sempat terpikir di benak saya, hal-hal yang bisa dilakukan oleh GKE DKI antara lain:
1. Ibadah yang kreatif
Ibadah yang kreatif yang saya maksudkan adalah adanya wadah bagi kaum muda dan kaum dewasa. Kita tidak mungkin memaksa kaum muda untuk mengikuti cara kebaktian kaum dewasa. dan kita juga tidak mungkin memaksa kaum dewasa untuk mengikuti cara kebaktian kaum muda.
Solusi untuk perbedaan selera ini cukup sederhana, yaitu membuat 2 ibadah.
Pagi (9:30) untuk ibadah dewasa dan siang / sore untuk jemaat muda.
Dan sebenarnya hal ini sangat memungkinkan sekali. GKE DKI Jakarta mempunyai 3 pendeta pelayanan dan 37 Penatua Diakon.
Tapi tantangan yang terbesar untuk ini adalah keberanian para pengambil keputusan untuk bersedia melakukan perubahan.
Saat ini memang ada penjadwalan antara ibadah ekspresif dan ibadah biasa. namun menurut saya, hal itu tidak maksimal. Kita harus benar benar memberikan alternatif gaya ibadah.
Dengan adanya pemisahan antara ibadah dewasa dan ibadah kaum muda tersebut, maka dapat lebih mudah untuk melakukan kreasi.
Menurut kami, sound system yang ada di Aula GKE, masih bisa dimaksimalkan lagi, khususnya dalam pengaturan posisi atau arah speaker-speaker yang ada. Speaker speaker itu dipasang / disetting sedemikian rupa, hingga menghasilkan kualitas suara yang maksimal.
2. Perkuat Kegiatan Perkunjungan
Kegiatan perkunjungan doa/Diakonia ini dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota majelis dan jemaat, termasuk para pemuda.
Kegiatan ini tentu saja akan memberikan kontribusi bagi penambahan jiwa-jiwa yang aktif di GKE DKI Jakarta. Kegiatan ini membutuhkan komitmen yang kuat.
Tapi kita melihatnya dari sudut pandang yang sederhana, dengan usaha, serta terus mencoba, maka akan dapat ditemukan pola yang efektif dalam pelaksanaan kegiatan ini.
Kunjungan tidak terbatas pada Jemaat Lansia, tapi seluruh warga secara merata, mengingat kegiatan ini dimaksudkan guna meningkatkan keakraban dan penguatan rohani bagi warga GKE secara umum. Dan kegiatan dilakukan secara konsisten sesuai dengan penjadwalan yang direncanakan (time scheduling).
Seluruh kegiatan yang dilakukan kiranya dievaluasi termasuk kegiatan perkunjungan. Dengan demikian, kegiatan akan lebih baik dari waktu ke waktu.
Keberhasilan program kegiatan diakonia ini tidak lepas dari pengaruh pemimpin. Tidak dapat dipungkiri, keberhasilan suatu program sangat ditentukan oleh pengaruh seorang pemimpin.
Apa yang terjadi saat ini, ada kesan bahwa untuk kegiatan perkunjungan / diakonia, adanya saling menunggu antara pendeta dan tim diakonia.
Kalau menurut saya, ada baiknya pendeta pelayanan mengambil inisiatif sendiri untuk melaksanakan perkunjungan ini. GKE DKI Jakarta memiliki 3 pendeta pelayanan dan 37 penatua diakon, saya yakin bahwa kegiatan ini dapat terlaksana. Dan menurut saya, para pekerja full timer harus mengambil inisiatif untuk kegiatan ini. Dimana ada kemauan disitu ada jalan.
3. Ada kegiatan pemuridan/ kelompok sel.
Menurut saya, program pemuridan merupakan suatu keharusan bagi jemaat yang ingin bertumbuh. Untuk menghasilkan jemaat yang militan, Jemaat perlu diperlengkapi dengan pengajaran yang disampaikan dengan intensif.
Ibadah Minggu tidak cukup dalam memperlengkapi jemaat.
Saya menyarankan agar para pendeta yang ada, untuk dapat melakukan pembinaan yang intensif. Pembinaan, program pemuridan ini dapat dimulai dari para pekerja /Penatua Diakon yang ada. Mungkin bisa dimulai dengan 5 sd 10 orang peserta. Dengan demikian akan terciptalah tim pekerja yang sehati.
Jika di gereja gereja lain, program pemuridan dan kelompok sel dilaksanakan secara terpisah. umumnya untuk program pemuridan dibagi ke dalam 4 tingkatan, misalnya Kelas Berakar, Kelas Bertumbuh, Kelas Berbuah dan Kelas Berbuah Tetap.
Untuk kelompok sel, beberapa gereja memberikan nama yang berbeda beda, ada yang menyebutnya COOL, DATE, Kelompok Sel ataupun kelompok tumbuh bersama. Namun tujuannya adalah sama, yaitu bertumbuh secara rohani. Ini sangat efektif, karena masing masing anggota sel, ada pembina rohani/mentor yang selalu menjaga dan membimbing. Dan kemudian akan terjadi muliplikasi.
Ada banyak sekali bahan bacaan terkait dengan gereja sel ataupun kelompok sel ini. tinggal kita mau atau tidak. dan menurut saya, gereja yang benar adalah gereja yang tidak sibuk dengan dirinya, melainkan memikirkan bagaimana jemaat agar semakin cinta Yesus dan terlibat dalam pelayanan sesuai dengan talenta / karunia yang Tuhan berikan kepada pribadi tersebut.
Gereja harus melakukan pemuridan, tidak sekedar pelayanan ibadah hari minggu. Orang kristen tidak akan kuat jika hanya mengandalkan ibadah minggu. Orang orang kristen yang loyal dan tangguh dihasilkan dari proses pemuridan serta mendapatkan pengajaran secara rutin dan berbobot.
4. Kepemimpinan yang Visioner, misioner, kompeten dan mengispirasi.
Diantara hal-hal yang saya pikirkan disepanjang perjalanan dari Bandung ke Jakarta, mungkin poin inilah yang menurut saya sangat penting.
Hal ini berdasarkan apa yang disampaikan oleh pak Pdt Dr Rubin Adi, bahwa seorang pemimpin harus mempunyai visi.
Ada banyak sekali teori tentang visi ini, namun menurut saya visi ini secara sederhana dapat diartikan, akan seperti apa jemaat yang akan kita bangun. Tujuan yang akan kita capai.
Visi ini penting untuk memandu kita dalam melangkah.
Saat ini saya tidak melihat secara jelas apa visi yang dimiliki oleh pemimpin GKE DKI Jakarta terhadap pelayanan yang ada.
Ada kalimat yang menggelitik saya, yang diucapkan oleh Bpk Pdt Dr Rubin Adi, yaitu Don't follow a parking pastor. Yang saya pahami kurang lebih artinya, jangan pernah mengikuti pendeta/pemimpin yang tidak mau bergerak lagi. Pak Pdt Rubin Adi mengingatkan agar Pemimpin/Pendeta harus memiliki "perasaan tidak puas yang kudus". Keinginan yang terus menerus tidak puas untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Jadi saya sarankan agar pemimpin di GKE DKI Jakarta harus mempunyai visi untuk pelayanan yang dikerjakan.
Jadilah Pemimpin yang visioner. Visi tersebut ditransferkan ke seluruh jemaat khususnya kepada para pekerja/pengurus/penatua Diakon.
Misi juga penting. Misi ini adalah misi Allah. bukan misi manusia. Apa yang menjadi misi Allah, itu juga yang harus menjadi misi gereja.
selanjutnya adalah pentingnya memiliki pemimpin atau pendeta yang kompeten/profesional dan menginspirasi.
Kompeten atau profesional yang saya maksudkan adalah tidak hanya memilliki ketrampilan dalam melaksanakan dan mengarah ke visinya, tapi juga melakukan tugas tugas teknis dan profesional dalam bekerja dan punya pengaruh.
semua yang saya sampaikan ini, semuanya bisa dipelajari.
Tugas tugas teknis yang saya maksudkan adalah misalnya kemampuan dalam menyampaikan Firman Tuhan. Punya pemahaman yang memadai tentang isi alkitab.
Sosok Pdt Rubin Adi adalah seorang pendeta yang terampil / kompeten dalam berkhotbah. Kalau yang saya perhatikan, kekuatan Pdt Rubin Adi adalah kemampuannya menyampaikan Firman Tuhan dengan intonasi yang tepat, tempo yang tepat. Ilustrasi-ilustrasi yang disampaikan mendukung dengan topik dan maksud khotbah yang disampaikan.
Beliau tau kapan harus bersuara nyaring, kapan harus bersuara lembut, kapan harus pause. Didukung dengan expresi muka yang meyakinkan, kapan harus tampak serius, kapan tersenyum, semuanya itu diharmonisasikan dengan bahan/pesan yang sedang disampaikan.
Perpindahan/transisi/peralihan dari satu ide ke ide berikutnya dilakukan dengan mulus.
Serta didukung oleh penggunaan multimedia yang maksimal.
Terkadang kita mendengar pendeta khotbah, dari satu paragraf ke paragraf berikutnya tidak nyambung. terasa semacam tidak ada jembatannya. alur logisnya tidak nyambung, sehingga khotbah yang disampaikan tidak sistematis. Semua pengetahuan disampaikan namun tidak nyambung dengan konstruksi ide / pesan yang sedang dibangun.
Saya melihat bahwa khotbah di kota besar lebih banyak tuntutannya dibandingkan khotbah di kota kecil/desa. Karena kalau di kota besar, Jemaatnya sudah mengenal banyak pendeta, (mendengar banyak pendeta), sehingga secara naluri akan memiliki tendensi untuk membanding-bandingkan. Baik kualitas isi khotbahnya maupun cara penyampaiannya, termasuk dalam membuat slide presentasi.
Ada baiknya juga jika kerangka khotbah atau poin poin pesan khothah yang disampaikan di Ibadah Minggu, dishare ke Jemaat.
saya juga terpikir, mungkin ada baiknya para pendeta yang bertugas, agar dapat menggunakan fasilitas yang ada untuk meningkatkan skill. Misalnya untuk latihan publik speaking. latihan intonasi serta membiasakan diri menggunakan ruangan yang ada, sehingga saat bicara, sang pengkhotbah dapat mengukur sebesar apa volume suara yang terbaik dalam menyampaikan khotbah.
Menurut saya, aula GKE DKI yg ada saat ini sudah cukup memadai. Tinggal dimaksimalkan saja.
GKE DKI Jakarta membutuhkan pekerja yang profesional.
GKE DKI Jakarta masih relatif baru, sehingga diperlukan pemimpin yang mampu mengkonsolidasi semua potensi yang ada. Untuk mendapatkan respect dari banyak pihak, maka perlu diterapkan kepemimpinan yang melayani (servant leadership) serta leading by example. Kepemimpinan=kemampuan mempengaruhi.
Ada banyak sekali artikel yang membahas mengenai servant leadership ini (Kepemimpinan yang melayani), dan intinya bukan Bossy.
Tentu saja, hal yang diharapkan adalah adanya pertumbuhan jumlah jemaat melalui pelayanan yang baik dan yang dirindukan.
Agar adanya peningkatan Jemaat, kami mengusulkan agar MPH MJ GKE DKI Jakarta memiliki program kerja/Rencana Pelayanan (Ministry Plan) yang mengarah kepada upaya pertumbuhan jumlah jemaat, tentu saja ini harus dibarengi dengan pertumbuhan Iman Jemaat.
Selain itu, GKE DKI Jakarta harus menerapkan strategi marketing serta didukung oleh bidang-bidang misi yang ada.
Agar dapat mengetahui adanya peningkatan jumlah warga Jemaat GKE DKI Jakarta. hal Pertama yang diperlukan adalah melakukan pendataan.
Mungkin bentuknya sederhana saja. Dikategorikan, misalnya jemaat yang menetap di GKE DKI Jakarta (ibadah hanya di GKE DKI Jakarta), dan Warga simpatisan GKE.
Berdasarkan data tersebut maka akan dapat terlihat statistik awal. Khususnya untuk jemaat yang murni GKE DKI Jakarta. Dengan demikian, secara kuantitas, telah didapatkan indikator pengukuran. Dan ini akan memudahkan dalam evaluasi akhir tahun, khususnya terkait data dan pertumbuhan jumlah jemaat ini.
Tidak dapat dipungkiri, di Jakarta ini masih banyak warga nasrani asal Kalimantan, khususnya warga GKE yang masih belum menetap berjemaat (belum terdaftar di gereja manapun di Jakarta). Dan orang-orang seperti inilah yang potensial untuk diajak bergabung di GKE DKI Jakarta.
Guna dapat berjalan dengan efektif, maka Struktur organisasi dan SDM yang ada, harus dimaksimalkan dan diberdayakan. Tentu saja, perangkat yang ada akan bergerak maksimal kalau ada contoh teladan dari pemimpinnya.
Diharapkan terdapat para pendeta pelayanan yang stand by. Pendeta-pendeta GKE DKI Jakarta diharapkan mampu mengelola waktu yang ada dengan kegiatan kegiatan yang bertujuan untuk pelayanan, seperti memikirkan bagaimana pelayanan dapat berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan.
Hamba Tuhan di GKE DKI Jakarta harus dapat bekerja sebagaimana para pekerja profesional lainnya, termasuk dalam pembagian jam kantor. Para pendeta harus diberikan fasilitas ruang kerja serta perlengkapannya. Diharapkan tempat kerja ini, terpisah dari tempat tinggal, agar dapat lebih berkonsentrasi.
Peningkatan Kapasitas Para Pelayan
Agar dapat memberikan pelayanan yang baik, para pelayan harus memiliki ketrampilan yang dibutuhkan. Untuk itu, para pelayan (Pendeta, Penatua/Diaken, Jemaat) harus terus belajar melengkapi diri/ upgrade skill. Banyak banyak membaca. banyak banyak belajar.
GKE DKI Jakarta perlu membuat kegiatan Seminar bagi Pendeta, Penatua/Diaken dan bagi Pelayan Bidang Kategorial.
Dengan demikian, seluruh anggota majelis dapat berkontribusi dengan maksimal dalam mendukung Ministry Plan yang telah ditetapkan. Para Anggota Majelis diharapkan dapat berperan aktif dan kreatif, tidak sekedar menunggu secara pasif.
Selain membuat kegiatan seminar sendiri, Para Pendeta dan Majelis juga bisa diikutkan pada seminar pengembangan diri yang dilaksanakan oleh gereja lain/organisasi kristen guna menambah wawasan serta up to date dengan segala yang berkaitan dengan pelayanan dan menggali potensi yang ada dalam Pendeta Anggota Majelis sehingga semakin serupa dengan karakter Kristus dalam melaksanakan tugas pelayanannya. Pendeta harus memiliki hati yang rindu untuk menjangkau jiwa-jiwa.
Dengan meningkatnya sumber daya manusia, maka akan dapat memberikan pelayanan yang menggairahkan bagi jemaat. Pelayanan yang dirindukan, dinamis, kekinian, dan mampu menjawab kebutuhan spiritual jemaat. Para Pendeta mampu memberikan pengajaran yang berkesinambungan sehingga jemaat GKE DKI Jakarta dapat merasakan manfaat yang nyata bagi pertumbuhan rohaninya.
Jajaran Pimpinan GKE DKI Jakarta kiranya terus menggali potensi diri, khususnya terkait Leadership. Menurut George R. Terry (Miftah Thoha, 2010:5) mengartikan bahwa leadership adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang orang supaya diarahkan mencapai tujuan.
Dengan kepemimpinan yang efektif, maka banyak program yang dapat dilaksanakan dengan baik. Para pemimpin gereja besar, rata rata memiliki kemampuan untuk memobilisasi warga jemaatnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Selain itu, diperlukan penyampaian program yang berulang ulang, agar apa yang menjadi visi misi Gereja dapat dipahami serta dilaksanakan oleh seluruh warga jemaat GKE DKI. Kiranya Roh Kudus menolong kita dalam hal menetapkan visi misi ini.
Disamping itu, apabila seluruh warga GKE DKI sepakat dan bersatu padu untuk mengarah pada tujuan yang sama, maka tidak ada yang mustahil bagi GKE DKI untuk menjadi model bagi Gereja GKE lainnya.
Pentingnya Time Scheduling dalam Ministry Plan.
Time schedule (jadwal pelaksana) adalah suatu alat pengendali capaian pelaksanaan kegiatan secara menyeluruh agar dalam pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan tertata. Untuk menjelaskan kapan waktu selesainya kegiatan, serta berapa lama durasi sebuah kegiatan.
Jadwal pelaksanaan dapat dibuat dalam bentuk harian, mingguan bahkan bulanan, tergantung pada lamanya waktu rencana sebuah program kegiatan.
Jika kegiatan tersebut memiliki durasi waktu selama 2 bulan hingga 1 tahun, bisa dibuat dengan jadwal pelaksanaan dalam bentuk mingguan. Time schedule sangat membantu dalam menentukan dalam melihat progres suatu program kegiatan dari waktu ke waktu. Tanpa time schedule yang jelas, maka yang akan terjadi adalah keterbengkalaian. Kegiatan-kegiatan yang molor akan mengurangi wibawa suatu gereja. Pendeta yang tidak mempunyai target akan ditinggalkan oleh Jemaat. Dukungan dari jemaat juga ditentukan oleh pelaksanaan kegiatan yang tepat waktu dan progresif/mengalami kemajuan.
Tujuan Time Schedule antara lain untuk mengetahui kapan dimulainya suatu program, lamanya program, dan kapan selesainya. ini dapat digunakan sebagai pedoman serta pemanfaatan waktu secara efektif. https://wira.co.id/time-schedule/
Kami melihat bahwa time scheduling ini sangat bagus untuk diterapkan dalam pelayanan di GKE DKI Jakarta. Utamanya dalam pembuatan laporan, program kategorial, kegiatan perkunjungan/ diakonia, kegiatan kegiatan PHBG, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Pemeliharaan Barang inventaris
Agar barang inventaris dapat digunakan dalam waktu yang lama/awet maka diperlukan pemeliharan dan penyimpanan yang baik. Diharapkan di Aula yang direnovasi ada tempat penyimpanan barang-barang inventaris gereja seperti (taplak meja, stola, Alkitab, pohon natal, dll). Barang-barang tersebut agar dicatat/diinventarisir dengan baik. Di dapur disediakan kitchen set tempat penyimpanan peralatan dapur. (serta dibuatkan daftar barang-barang dapur) dan mempunyai kunci.
Jemaat yang meminjam barang inventaris gereja seperti Piring dan lainnya, agar mengisi formulir peminjaman serta ada petugas yang memonitor barang-barang tersebut, baik saat peminjaman maupun saat pengembalian.
Di dapur tidak disediakan kompor guna menghindari kesan tidak bersih. Basin (tempat cuci piring) di design/disiapkan dengan 2 bak tempat cuci piring dan bilas). Kitchen set dimaksud harus dilengkapi kunci . (Sekalian di inventarisir barang-barang yang ada).
hmmmm.....
tak terasa tulisan ini menjadi begitu panjang....
sementara saya sudahi dulu sampai disini.
dan Terima kasih kepada Pak Willy yang mengingatkan saya pada Roma 12:11b biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
NB. tulisan ini bukan apa apa hanya sekedar tulisan, jika ada hal yang kurang pas, mohon dimaafkan dan jika ada hal yang bisa diambil, silahkan.
DKI Jakarta Raya sebagai Ibukota Negara memang mempunyai daya tarik yang luar biasa. Dan pembentukan jemaat GKE di Ibukota merupakan sebuah keniscayaan jika GKE ingin memperluas pelayanannya. Namun dalam mendirikan sebuah jemaat di Jakarta, sangat berbeda dengan bagaimana mendirikan jemaat di Kalimantan. Jika di kalimantan, umumnya untuk Jemaat yang baru dibentuk di desa yang belum ada gerejanya, sehingga GKE membentuk jemaatnya. Dan tentu saja jemaatnya akan ada, walaupun sedikit, karena memang warganya juga sedikit.
Jika membentuk jemaat di kota, biasanya dikarenakan jumlah masyarakat yang semakin banyak, dan kapasitas Gereja yang terbatas, sehingga harus dilakukan pemekaran atau pembentukan jemaat baru.
Kondisi di Jakarta sangat berbeda. Masyarakatnya banyak. Gerejanya sudah banyak. Orang yang belum terlayani juga berjibun.
Ini peluang sekaligus tantangan.
Sama seperti yang dikatakan, tuaian banyak tapi pekerja sedikit.Dan kenyataannya, di Jakarta, gereja sudah banyak. Bahkan seorang rekan pernah berkata, dia menganggap gereja bagaikan restoran. Kapan kita lapar kita bisa berhenti untuk makan. Dan menu dan pelayanannya pun beragam.
Perbedaan inilah yang membuat restoran tersebut sepi atau ramai. Soal rasa juga tidak kalah penting…
TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA
oh ya, mohon maaf kalau judulnya tidak nyambung dengan isinya ya. harap maklum dan rada disengaja.
Dan saya ucapkan terima kasih kepada Pak Willy, Bu Netty, Pak Pdt Edy Liverda, Bu Pdt Ina Sisani, Pak Pdt Sudianto, Pak Benny Matriksa, Pak Benny Budisatrio, Bu Inriany Djandam, Bu Dewi Tunjung Sari, Sdri Tata, Pak Baren, Pak Suparman. o ya, special thanks to Pak Baren yang telah menjadi jurumudi kami, dan juga telah mengantar saya dari Pastori ke Stasiun Cawang, serta berbagi berkat kepada anak anak saya. God Bless you All.
Comments